Mid-Autumn Festival, atau dalam bahasa Mandarin dikenal sebagai Zhongqiujie (中秋节), adalah salah satu perayaan budaya paling penting di Tiongkok dan Asia Timur. Festival ini berlangsung setiap hari ke-15 bulan ke-8 dalam kalender lunar, bertepatan dengan saat bulan bulat penuh dan bercahaya terang di langit.
Festival ini juga sering disebut Hari Kue Bulan atau Mooncake Festival, karena mooncake menjadi makanan khas yang selalu hadir dalam perayaan. Namun di balik makanan, terdapat filosofi mendalam tentang kebersamaan, doa, dan keharmonisan keluarga.
Sejarah Mid-Autumn Festival
Tradisi Mid-Autumn sudah berumur ribuan tahun. Awalnya, ia lahir dari ritual kuno memuja bulan sebagai bentuk syukur atas panen. Pada masa Dinasti Zhou (1046–256 SM), masyarakat mengadakan upacara persembahan di malam bulan purnama.
Pada Dinasti Tang dan Song, festival ini berkembang menjadi perayaan rakyat dengan makan mooncake dan menyalakan lentera. Dari masa itulah Mid-Autumn menjadi salah satu festival terbesar yang dirayakan hingga sekarang.
Selain aspek sejarah, mitologi turut memperkaya makna festival. Kisah terkenal adalah legenda Chang’e, sang Dewi Bulan, yang dipercaya tinggal di bulan setelah meminum ramuan keabadian. Ia ditemani kelinci giok (Jade Rabbit) yang menumbuk ramuan kehidupan. Kisah ini membuat bulan dan kelinci menjadi ikon yang tidak bisa dipisahkan dari Mid-Autumn Festival.
Filosofi Bulan Purnama
Bulan purnama menjadi simbol utama festival ini. Bulan bulat melambangkan kesempurnaan, persatuan, dan keutuhan keluarga. Sama seperti bulan yang selalu kembali bulat, keluarga diyakini akan selalu kembali bersatu walau sempat terpisah jarak.
Karena itu, menatap bulan purnama bersama keluarga menjadi ritual penting. Tradisi ini mengajarkan bahwa meskipun kehidupan penuh perubahan, ada saat di mana orang kembali berkumpul untuk berbagi cerita, makanan, dan doa.
Kue Bulan sebagai Ikon Festival
Kue bulan atau mooncake (月饼) adalah simbol terkuat Mid-Autumn Festival.
- Bentuk Bulat: melambangkan kebulatan hati dan persatuan.
- Isiannya: penuh simbolisme.
- Pasta biji lotus = kesucian.
- Kuning telur asin = bulan purnama, keberuntungan.
- Kacang merah atau kacang hijau = kesejahteraan.
- Sejarahnya: di masa Dinasti Yuan, legenda menyebutkan pesan rahasia pemberontakan diselipkan dalam mooncake.
Mooncake tidak hanya dimakan bersama keluarga, tapi juga diberikan sebagai hadiah untuk kerabat dan sahabat. Memberi mooncake berarti berbagi doa dan menjaga hubungan baik.
Tradisi Lain di Mid-Autumn Festival
Selain mooncake, beberapa tradisi khas yang masih dijaga hingga kini adalah:
- Menyalakan lentera: simbol doa dan harapan.
- Berkumpul di luar rumah: menikmati teh, mooncake, dan cahaya bulan bersama keluarga.
- Berdoa: masyarakat percaya doa di malam bulan purnama lebih kuat.
Mid-Autumn Festival di Dunia Modern
Hari ini, Mid-Autumn Festival tetap dirayakan di berbagai belahan dunia. Mooncake hadir dalam bentuk modern seperti cokelat, matcha, atau es krim, menarik minat generasi muda.
Festival ini juga dikenal lewat budaya populer. Game besar asal Tiongkok seperti Honor of Kings dan Genshin Impact menghadirkan event Mid-Autumn setiap tahun, dengan item mooncake, skin, atau quest bertema bulan purnama. Dengan cara ini, tradisi ribuan tahun tetap hidup di dunia digital.
Relevansi dengan Masyarakat Indonesia
Bagi orang Indonesia, Mid-Autumn Festival bisa dimaknai mirip dengan Lebaran. Ketupat bagi masyarakat Indonesia sama dengan mooncake bagi masyarakat Tionghoa: keduanya menjadi simbol berbagi, doa, dan kebersamaan keluarga.
Penutup
Mid-Autumn Festival adalah warisan budaya yang menyatukan sejarah, mitologi, dan filosofi hidup. Bulan purnama menjadi simbol persatuan, mooncake menjadi ikon berbagi, sementara lentera melambangkan doa dan harapan.
Lebih dari sekadar makan kue bulan, Mid-Autumn Festival adalah pengingat bahwa kebersamaan keluarga adalah nilai universal yang bisa dipahami semua orang.