Mulai tahun 2026, wisatawan asing yang ingin masuk ke Singapura akan menghadapi aturan baru yang jauh lebih ketat. Pemerintah Singapura melalui Otoritas Imigrasi dan Pos Pemeriksaan (ICA) akan memperkenalkan sistem No-Boarding Direction (NBD), sebuah kebijakan yang memungkinkan pihak berwenang menolak calon pelancong bahkan sebelum mereka menaiki pesawat atau kapal menuju Negeri Singa.
Langkah ini diambil untuk memperkuat keamanan perbatasan sekaligus menanggapi lonjakan besar jumlah pelintas antarnegara yang terjadi selama beberapa tahun terakhir. Dengan penerapan sistem baru ini, setiap calon pengunjung akan melalui pemeriksaan lebih detail, baik dari sisi latar belakang, riwayat perjalanan, hingga potensi risiko terhadap keamanan dan kesehatan.
Kebijakan Baru: Tidak Semua Bisa Naik Pesawat ke Singapura
Sistem No-Boarding Direction (NBD) akan berlaku di bandara pada 2026, lalu diperluas ke pelabuhan laut pada 2028. Dengan sistem ini, ICA dapat langsung memberi instruksi kepada operator transportasi untuk melarang penumpang tertentu menaiki penerbangan atau kapal menuju Singapura, jika dinilai berisiko tinggi.
Kriteria “berisiko tinggi” ini tidak hanya soal pelanggaran hukum, tetapi juga mencakup faktor kesehatan, keselamatan publik, hingga pelanggaran imigrasi sebelumnya.
Mereka yang berpotensi dilarang masuk antara lain:
- Individu yang pernah ditolak atau dideportasi dari Singapura.
- Orang yang memiliki catatan kriminal tertentu.
- Wisatawan yang dianggap berpotensi menimbulkan masalah ketertiban atau kesehatan.
Bagi operator penerbangan atau kapal yang melanggar arahan NBD ini, Singapura menyiapkan sanksi tegas berupa denda hingga S$10.000 (sekitar Rp115 juta).
Mengapa Singapura Melakukan Ini?
Peningkatan tajam jumlah pelintas antarnegara menjadi alasan utama.
Data ICA menunjukkan, pada tahun 2015, total pelintas mencapai 197 juta orang, sedangkan pada 2024 jumlahnya melonjak menjadi 230 juta orang. Jumlah ini diprediksi akan terus naik seiring dengan beberapa proyek besar yang sedang dikembangkan:
- Jaringan Transit Cepat Johor Bahru–Singapura (RTS Link) yang akan beroperasi Desember 2026.
- Terminal 5 Bandara Changi yang direncanakan dibuka pertengahan 2030-an.
- Perluasan Woodlands Checkpoint, yang akan berlangsung selama 10–15 tahun ke depan.
Dengan arus wisatawan sebesar itu, pemerintah menyadari tidak mungkin menambah jumlah petugas imigrasi tanpa batas. Solusinya, mereka memperkuat sistem keamanan digital dan otomatisasi agar tetap bisa menjaga ketertiban dengan efisien.
Menteri Dalam Negeri Singapura, K. Shanmugam, mengatakan bahwa ICA kini tengah bertransformasi untuk menyesuaikan diri dengan era baru keamanan perbatasan. Menurutnya, “kami lebih banyak mengandalkan teknologi untuk memenuhi permintaan dan menavigasi lingkungan keamanan yang lebih kompleks.”
Teknologi Profiling Jadi Andalan
Salah satu kunci utama sistem baru ini adalah profiling dan deteksi dini. ICA kini bisa menilai profil calon pelancong berdasarkan data digital sebelum mereka berangkat ke Singapura.
Data itu bisa meliputi rekam jejak perjalanan, status hukum di negara lain, hingga pola kunjungan sebelumnya. Dengan cara ini, mereka dapat mengenali siapa yang berisiko menimbulkan masalah dan siapa yang aman untuk diberi izin masuk.
Efektivitasnya mulai terasa. Pada paruh pertama tahun 2025, jumlah warga negara asing yang ditolak masuk ke Singapura meningkat 43 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Artinya, sistem deteksi dini ICA sudah bekerja cukup baik bahkan sebelum NBD diterapkan penuh.
Dampak bagi Wisatawan Indonesia
Bagi wisatawan Indonesia, aturan baru ini tentu membawa konsekuensi. Meski tidak menutup pintu bagi turis, Singapura kini akan jauh lebih berhati-hati dalam menerima kedatangan warga asing. Setiap wisatawan harus memastikan bahwa mereka tidak hanya memenuhi syarat administratif, tetapi juga memiliki catatan perjalanan yang bersih.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan sebelum bepergian ke Singapura mulai 2026 antara lain:
- Pastikan dokumen perjalanan lengkap dan masih berlaku.
Paspor wajib berlaku minimal enam bulan sebelum keberangkatan. Jika bepergian untuk bekerja, belajar, atau pengobatan, pastikan visa dan izin masuk sudah sesuai. - Gunakan maskapai resmi dan hindari perjalanan “abu-abu”.
Karena operator bisa didenda berat bila melanggar NBD, mereka akan lebih ketat dalam memeriksa kelengkapan dan keaslian dokumen penumpang. - Siapkan bukti pendukung.
Tiket pulang, pemesanan hotel, dan bukti dana selama di Singapura bisa diminta untuk membuktikan bahwa Anda benar-benar datang sebagai turis. - Jaga perilaku selama berada di Singapura.
Pelanggaran ringan seperti membuang sampah sembarangan atau menyeberang tidak pada tempatnya dapat berdampak pada catatan imigrasi di masa depan. - Perhatikan syarat kesehatan.
Singapura sangat ketat dalam urusan kebersihan dan kesehatan publik. Jika ada riwayat penyakit menular, pastikan membawa surat keterangan medis atau hasil pemeriksaan terbaru.
Bukan untuk Menakut-nakuti Wisatawan
Perlu dipahami bahwa aturan baru ini bukan bertujuan untuk menutup akses wisata, melainkan menjaga keamanan nasional di tengah arus pelancong yang terus meningkat. Singapura dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem imigrasi paling efisien di dunia, dan mereka berupaya mempertahankan reputasi itu dengan menyesuaikan diri terhadap tantangan baru.
Wisatawan yang tertib, jujur dalam menyampaikan tujuan perjalanan, dan menyiapkan dokumen dengan benar tidak akan kesulitan masuk ke Singapura. Justru dengan sistem yang semakin canggih, proses imigrasi akan lebih cepat bagi mereka yang memenuhi semua persyaratan.
Bagi siapa pun yang berencana melancong ke Singapura pada 2026 dan seterusnya, kuncinya sederhana: persiapkan diri dengan baik dan ikuti aturan. Dengan begitu, perjalanan ke Negeri Singa tetap bisa dinikmati dengan lancar, aman, dan tanpa kendala di perbatasan.